Sunday, April 17, 2011
Ekonomi Q&A: Apakah kenaikan PPN merugikan kinerja ekonomi Inggris?
Siklus Working Capital
Sebuah RAHASIA PENGELOLAAN KEUANGAN
Memenuhi kebutuhan modal kerja sebuah bisnis
pengertian working capital (modal kerja)
pengertian manajemen keuangan?
Wednesday, April 13, 2011
Mengenal Bank Indonesia lebih dalam..
Sejarah
Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Pengaturan dan Pengawasan Bank
Sistem Pembayaran
Dewan Gubernur BI
Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Gubernur
Pengambilan Keputusan
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[rujukan?] Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
Penggolongan
Berdasarkan asalnya, Inflasi dapat digolongkan menjadi doa, KESAWAN yaitu Inflasi Yang berasal Dari Negeri dan Inflasi Yang berasal Dari Luar Negeri. Inflasi berasal KESAWAN Dari Negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran Belanja Yang dibiayai Artikel Baru cara mencetak uang dan pasar gagalnya Baru Yang berakibat harga Bahan food menjadi Mahal. Saccharin ITU, Inflasi Dari Luar Negeri Inflasi Yang terjadi adalah sebagai akibat naiknya harga impor Barang. Hal Suami Bisa terjadi akibat biaya Produksi Barang di Luar Negeri Tinggi atau adanya kenaikan tarif impor Barang.
Inflasi Juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga tertentu terjadi Yang berkaitan Artikel Baru Hanya Satu doa atau Barang, ITU tertutup disebut Inflasi Inflasi ( Inflasi Ditutup ). Namun, apabila terjadi kenaikan harga PADA * Semua Barang Secara Umum, Maka Inflasi Inflasi ITU disebut sebagai Terbuka ( Open Inflasi ). Sedangkan apabila Serangan Inflasi terkait masih berlangsung demikian hebatnya sehingga harga - harga Saat Terus berubah dan meningkat sehingga dapat regular tidak Orang menahan uang lebih lama disebabkan Nilai uang merosot Terus disebut regular tidak terkendali Yang Inflasi ( Hiperinflasi ).
Berdasarkan keparahannya Inflasi Juga dapat dibedakan:
1. Inflasi Ringan ( Kurang Dari 10 % / tahun)
2. Inflasi sedang ( ANTARA 10 % Sampai 30 % / tahun)
3. Inflasi vehicles ( ANTARA 30 % Sampai 100 % / tahun)
4. Hiperinflasi ( Dari % 100 lebih / tahun)
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
sumber :wikipedia.com Selengkapnya...
Pengertian PASAR MODAL
BAB 1
PENDAHULUAN
A.PASAR MODAL
Pasar modal ( capital market) merupakan sarana untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bias diperjual-belikan , baik surat utang (obligasi), ekuiti merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain ( misalnya pemerintah ), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian , pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang ( waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham , obligasi , waran , right , reksa dana , dan berbagai instrument derivative seperti option , futures , dan lain-lain.
Undang-undang pasar modal no . 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek , perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya , serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Fungsi/Peran pasar Modal :
1. Sarana pendanaan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor) . Dana tsb dapat digunakan untuk pengembangan usaha , ekspansi , penambahan modal kerja dll.
2. Sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan yang sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
3. Mendorong pelaksanaan Good Corporate Governance, berdasarkan pada transparansi dan tingkat kesehatan perusahaan.
4. Pemacu aktivitas ekonomi.
B.BURSA UTAMA
Pasar Modal ( capital market ) sama halnya dengan pasar-pasar lainnya , yaitu harus ada pembeli, penjual dan lokasi perdagangan.dalam hal ini , bursa adalah tempat dilaksanakannya proses perdagangan dan bertemunya pembeli dan penjual.
Bursa di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya sebelum keduanya dimerjer menjadi Bursa Efek Indonesia ( BEI) pada tahun 2007. Semua Negara memiliki bursa efeknya masing-masing, namun ada beberapa bursa yang terkenal , dimana pergerakannya dijadikan acuan karena kekuatan makro ekonomi Negara tersebut , seperti : Dow Jones (AS), Hang Seng ( Hongkong ) , Kospi (korea ), dll
C. INSTRUMEN INVESTASI
Pada dasarnya , instrument investasi yang diperdagangkan di BEI dikelompokkan ke dalam 4 kelompok instrument:
1) Instrument bersifat Ekuitas (equity instruments)
Kelompok ini merupakan surat berharga berupa penyertaan modal ke dalam perusahaan. Contoh :Saham , waran ,rights.
2) Instrument bersufat Surat Utang (fixed income instruments )
Kelompok ini merupakana surat bergharga bersifat utang dan memberikan pendapatan secara periodic kepada investor . Contoh :obligasi.
3) Instrument Reksa Dana (mutual fund)
Reksa dana merupakan jenis instrument yang sifatnya adalah dana bersama yang dikelola oleh manajer investasi . Jenisnya beragam sesuai dengan penempatan portofolio investasi.
4) Instrument Turunan ( derivative instruments)
Kelompok ini merupakan instrument yang kinerjannya tergantung pada instrument lainnya yang menjadi acuan atau underlying derivative tsb. Ada banyak ragam produknya, contoh indeks saham, forex (valas ) , komoditi, opsi dll. Namun untuk produk derivative , terdapat badan tersendiri yaitu BAPEPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi).
D. SAHAM
Saham adalah efek bersifat ekuitas, yaitu tanda bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk PT (perseroan terbatas). Porsi kepmilikan ditentukan oleh seberapa besar modal yang ditanamkan di perusahaa tersebut.
Beberapa pengkategorian saham :
- Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih/ klaim
1. Saham Biasa (common stock) – portofolio paling popular dan paling banyak diperdagangkan . pemiliknya berhak mengikuti segala aksi korporasi dan menyumbangkan suara.
2. Saham preferen (preffered stock ) – saham yang menjadi prioritas dalam memperoleh deviden , dalam keadaaan apapun perusahaan tsb. Tapi pemiliknya tidak memiliki hak dalam aksi korporasi apapun.
- ditinjau dari cara peralihannya
1. saham atas unjuk (bearer stock)
2. saham atas nama (registered stock)
- ditinjau dari kinerja perdagangan
1. Saham Big Caps (BLUECHIP) – saham pergerakan utama IHSG, fundamental perusahaanya kuat , konsisten dalam pembagian deviden dan pergerakannya cenderung stabil naik/ turun.
2. Saham Medium Caps - lapis kedual – saham potensial yang memiliki karakteristik yang sama dengan Bluechips tapi dengan kapasitas yang lebih kecil . Masa depannya cerah.
3. Saham Small Caps (tidur / gorengan ) – saham yang jarang bergerak, namun sekalinya bergerak sangat drastic. Fundamental perusahaanya lemah.
4. Income Stock
5. Growth Stocks – dibagi atas well-known dan lesser –known
6. Speculative Stocks
7. Cyclical Stocks Selengkapnya...